MAKALAH
PERMASALAHAN PENDIDIKAN
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas Ilmu
Pendidikan
Dosen
Pengampu : Drs. Imam Suyanto, M. Pd
Disusun
Oleh :
1.
Yetty Wahyunungsih (K7113237)
2.
Yogi Rahkmawati (K7113238)
3.
Anis Muallifah
Fatimatus Sa’diyah (K7113502)
4.
Annas Hidayatulloh (K7113505)
5.
Arif Wahyudi (K7113504)
6.
Awalus Sa’diyah (K7113505)
7.
Bening Sri Palupi (K7113506)
PROGRAM
S-1 PGSD KAMPUS VI KEBUMEN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARETSURAKARTA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penyusun panjatkan atas kehadirat Alloh
SWT yang telah melimpahkan rahmat taufik serta hidayah-Nya , sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan .
Makalah ini dapat
terselesaikan berkat dorongan , perhatian dan kritikan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan rasa terimakasih yang
setulus-tulusnya kepada :
1. Drs.
Imam Suyanto,M.Pd Selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Pendidikan.
2. Rekan-rekan
mahasiswa S-1 PGSD FKIP-UNS KAMPUS VI KEBUMEN .
3. Semua
pihak yang telah membantu penyusunan dan penyelesaian makalah ini yang tidak
dapat penyusun sebutkan satu persatu.
Semoga apa yang telah
diberikan kepada penyusun dengan keikhlasan dapat menjadfi amal yang bermanfaat
serta mendapat imbalan yang lebih banyak dari Alloh SWT.
Penyusun menyadari
sepenuhnya , bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu ,
kritik dan saran yang bersifat membangun selalupenyusun nantikan demi
peningkatan kualitas pada masa yaang akan datang.
Akhirnya penyusun
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun dan semua pihak yang
membacanya.
Kebumen, November 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.......................................................................................................... i
KATA
PENGANTAR ....................................................................................................... ii
DAFTAR
ISI...................................................................................................................... iii
BAB
I. PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG...................................................................................... 1
B.
TUJUAN PENULISAN
MAKALAH............................................................. 2
C.
RUMUSAN MASALAH................................................................................. 2
BAB
II. PEMBAHASAN
A.
Permasalahan Pendidikan ................................................................................ 3
B.
Faktor Pendukung
Masalah Pendidikan ........................................................... 9
C.
Penanggulangan
Masalah Pendidikan .............................................................. 11
BAB
III. PENUTUP
A.
KESIMPULAN ............................................................................................... 15
B.
SARAN............................................................................................................. 16
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Secara
fungsional, pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk menyiapkan manusia
menghadapi masa depan agar hidup lebih sejahtera, baik sebagai individu maupun
secara kolektif sebagai warga masyarakat, bangsa maupun antar bangsa. Hal ini berarti pendidikan nasional mempunyai
tugas untuk menyiapkan sumber daya manusia yang baik, yang dapat berguna dalam
pembangunan dimasa depan. Derap langkah
pembangunan sendiri selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Tetapi, perkembangan zaman selalu memunculkan
tantangan-tantangan baru, yang sebagiannya tidak dapat diramalkan
sebelumnya. Sebagai konsekuensi logis,
pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru. Masalah-masalah tersebut
kemudian berdampak kepada kualitas
sumber daya manusia dan pendidikan di Indonesia.
Kualitas
pendidikan di Indonesia sendiri saat ini pantas dikatakan memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain
dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human
Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan,
kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks
pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia,
Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan
ke-109 (1999).
Survei Badan Pembangunan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP), pada awal November 2011, yang merilis indeks
pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di urutan ke-124 dari 187 negara
yang disurvei. IPM Indonesia hanya 0,617, jauh di bawah Malaysia di posisi 61
dunia dengan angka 0,761.
Selain
itu, terdapat pula survei Political and Economic Risk Consultant (PERC),
mengenai kualitas pendidikan di Indonesia yang berada pada urutan ke-12 dari 12
negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan
The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang
rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-30 dari 57 negara yang disurvei di
dunia pada tahun 1996, ke-15(1997), ke-31(1998), ke-37(1999), dank ke-44(2000).
Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama yang mengatakan bahwa Indonesia
hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53
negara di dunia.
Berbagai
data diatas, selain menggambarkan tentang rendahnya kualitas sumber daya
manusia Indonesia, juga menegaskan bahwa pada era bersaing nanti tidak ada
jaminan bangsa Indonesia akan memenangkannya, jika tidak dilakukan
perbaikan. Oleh karena itu, dalam
memasuki abad ke- 21 dunia ini pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan
tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih
banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di
Indonesia.
Makalah
ini akan menitiberatkan pada pokok-pokok permasalahan pendidikan yang
berpengaruh terhadap kualitas pendidikan dan sumber daya manusia (SDM) di
Indonesia dan strategi-strategi pemecahan masalah dari permasalahan pendidikan
tersebut.
B. Tujuan
Adapun tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut.
a.
Memenuhi tugas yang diberikan pada mata kuliah Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret.
b.
Sebagai bentuk perhatian Mahasiswa terhadap masalah
pendidikan yang dihadapi Indonesia .
c.
Suatu usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia .
d.
Membantu dalam membahas dan menanggulangi masalah yang
dihadapi di dalam dunia pendidikan.
C. Rumusan Masalah
Permasalahan pendidikan adalah suatu masalah yang sangat komplek. Apabila ditelaah lebih jauh, maka kita
akan menemukan sekumpulan hal-hal rumit yang sangat susah untuk disiasati. Masalah
yang dihadapi tersebut akan lebih susah jika saling berkait satu sama lain.
Oleh sebab itu, di dalam
makalah ini penulis akan memberikan gambaran penting mengenai kumpulan
masalah-masalah yang akan di bahas dalam makalah ini. Berikut ini adalah bagan
mengenai masalah-masalah yang akan dibahas.
Permasalah Pendidikan
|
Faktor Pendukung Masalah
|
Laju Pertumbuhan
Penduduk
|
Permasalan Yang Dihadapi
|
Mutu Pendidikan
|
Pemerataan
Pendidikan
|
Mutu dan Relevansi Pendidikan
|
Efisiensi dan
Efektifitas Pendidikan
|
Penaggunlangan
Masalah Pembelajaran
|
IPTEK
|
Permasalah Pembelajaran
|
Bagan di atas merupakan
gambaran mengenai masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Jika terdapat
suatu hal yang berada diluar ruang lingkup permasalahan, maka masalah tersebut
tidak akan dibahas di dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
- Permasalahan Pendidikan
Permasalahan
pendidikan merupakan suatu kendala yang menghalangi tercapainya tujuan
pendidikan. Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang merupakan permasalahan
pendidikan di Indonesia. Adapun permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Pemerataan Pendidikan
2.
Mutu dan Relevansi Pendidikan
3.
Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan
Berikut
ini adalah penjelasan-penjelasan mengenai 3 poin permasalahan pendidikan di
atas.
- Pemerataan Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), kata pemerataan berasal dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi
seluruh bagian, 2) tersebar kesegala penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh
jumlah yang sama. Sedangkan kata pemerataan berarti proses, cara, dan perbutan
melakukan pemerataan. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah
suatu proses, cara dan perbuatan melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan
pendidikan, sehingga seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan pelaksanaan
pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang merata
adalah pelaksanaan program pendidikan
yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga negara
Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan perluasan
pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan belajar merupakan salah satu
sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar setiap
orang mempunyai kesempatan yang sama unutk memperoleh pendidikan. Kesempatan
memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan menurut jenis kelamin, status sosial, agama, amupun
letak lokasi geografis.
Dalam propernas tahun
2000-2004 yang mengacu kepada GBHN 1999-2004 mengenai kebijakan pembangunan
pendidikan pada poin pertama menyebutkan:
“Mengupayakan perluasan dan pemeraatan
memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju
terciptanya Manusia Indonesia berkualitas tinggi dengan peninggakatan anggaran
pendidikan secara berarti“. Dan pada salah satu tujuan pelaksanaan pendidikan
Indonesia adalah untuk pemerataan
kesempatan mengikuti pendidikan bagi setiap warga negara.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat
bahwa Pemerataan Pendidikan merupakan tujuan pokok yang akan diwujudkan. Jika
tujuan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka pelaksanaan pendidikan belum dapat
dikatakan berhasil. Hal inilah yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan
sebagai suatu masalah yang paling rumit untuk ditanggulangi.
Tabel I
Keadaan Sekolah dan Murid Tahun 1940 dan 1955 di Indonesia
Sekolah
|
Tahun
|
Tahun
|
Murid
|
Tahun
|
Tahun
|
STK
SR
SMP
SMA
ST
|
39/40
-
18.091
114
31
5
Fak
|
54/55
511
33.112
3.593
228
62
Univ
|
STK
SR
SMP
SMA
ST
|
39/40
-
221.990
21.875
4501
1.693
|
54/55
34.433
7.409.361
533.246
109.188
25.387
|
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi
karena kurang tergorganisirnya koordinasi antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah, bahkan hingga daerah terpencil sekalipun. Hal ini
menyebabkan terputusnya komunikasi antara pemerintah pusat dengan daerah. Selain
itu masalah pemerataan pendidikan juga terjadi karena kurang berdayanya suatu
lembaga pendidikan untuk melakukan proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi
jika kontrol pendidikan yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah tidak
menjangkau daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas
penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan
pendidikan sebagaimana yang diharapkan.
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat
ditanggulangi dengan menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap
lapisan masyarakat yang wajib mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana dan
prasrana pendidikan yang dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan
mungkin, sehingga tidak ada oknum yang dapat mempermainkan program yang
dijalankan ini.
- Mutu dan Relevansi Pendidikan
Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas
dan bobot. Jadi pendidikan yang bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat
menghsilkan tenaga profesional sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada
saat ini. Sedangkan relevan berarti bersangkut paut, kait mangait, dan berguna
secara langsung.
Sejalan dengan proses pemerataan
pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang pendidikan melalui
persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada
peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan
anggaran yang digunakan untuk menjalankan pendidikan.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi adalah
mutu proses pembelajaran yang belum mampu menciptakan proses pembelajaran yang
berkualitas. Hasil-hasil pendidikan juga belum didukung oleh sistem pengujian
dan penilaian yang melembaga dan independen, sehingga mutu pendidikan tidak
dapat dimonitor secara ojektif dan teratur.Uji banding antara mutu pendidikan
suatu daerah dengan daerah lain belum dapat dilakukan sesuai dengan yang
diharapkan. Sehingga hasil-hasil penilaian pendidikan belum berfungsi
unutk penyempurnaan proses dan hasil pendidikan.
Selain itu, kurikulum sekolah
yang terstruktur dan sarat dengan beban menjadikan proses belajar menjadi kaku
dan tidak menarik. Pelaksanaan pendidikan seperti ini tidak mampu memupuk
kreatifitas siswa unutk belajar secara efektif. Sistem yang berlaku pada saat
sekarang ini juga tidak mampu membawa guru dan dosen untuk melakukan
pembelajaran serta pengelolaan belajar menjadi lebih inovatif.
Akibat dari pelaksanaan pendidikan
tersebut adalah menjadi sekolah cenderung kurang fleksibel, dan tidak mudah
berubah seiring dengan perubahan waktu dan masyarakat. Pada pendidikan tinggi,
pelaksanaan kurikulum ditetapkan pada penentuan cakupan materi yang ditetapkan
secara terpusat, sehingga perlu dilaksanakan perubahan kearah kurikulum yang
berbasis kompetensi, dan lebih peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan
juga disebabkan oleh rendahnya kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat
dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat dicapai oleh guru dan dosen
tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka kualitas tenaga
pengajar pendidikan tinggi di Indonesia
memiliki masalah yang sangat mendasar.
Kebutuhan
Masyarakat
|
Hasil Pendidikan
|
Tujuan Pendidikan
|
Proses Pendidikan
|
Rancangan
Pendidikan
|
Warga Negara
(masukan mentah
pendidikan)
|
Pemerataan
1.
Pemerataan
2.
Mutu
3.
Efisiensi
4.
Relevansi
- Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan
Sesuai
dengan pokok permasalahan pendidikan yang ada selain sasaran pemerataan
pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan, maka ada satu masalah lain yang
dinggap penting dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu efisiensi dan efektifitas
pendidikan. Permasalahan efisiensi pendidikan dipandang dari segi internal
pendidikan. Maksud efisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang pendidikan
dapat dicapai secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat
memberikan hasil yang baik dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada,
seperti uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
Pelaksanaan
proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan sumber daya seperti
waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan produktifitas
pendidikan yang optimal. Pada saat sekarng ini, pelaksanaan pendidikan di Indonesia
jauh dari efisien, dimana pemanfaatan segala sumberdaya yang ada tidak
menghasilkan lulusan yang diharapkan. Banyaknya pengangguran di Indonesia
lebih dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah mereka peroleh.
Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat pekerjaan
sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.
Pendidikan
yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang dicapai sesuai
dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika rencana belajar
yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan sempurna, maka
pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif.
Tujuan
dari pelaksanaan pendidikan adalah untuk mengembangkan kualitas SDM sedini
mungkin, terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya. Dari tujuan tersebut, pelaksanaan pendidikan Indonesia
menuntut untuk menghasilkan peserta didik yang memeiliki kualitas SDM yang
mantap. Ketidakefektifan pelaksanaan pendidikan tidak akan mampu menghasilkan
lulusan yang berkualitas. Melainkan akan menghasilkan lulusan yang tidak
diharapkan. Keadaan ini akan menghasilkan masalah lain seperti pengangguran.
Penanggulangan
masalah pendidikan ini dapat dilakukan dengan peningkatan kulitas tenaga
pengajar. Jika kualitas tenaga pengajar baik, bukan tidak mungkin akan
meghasilkan lulusan atau produk pendidikan yang siap untuk mengahdapi dunia
kerja. Selain itu, pemantauan penggunaan dana pendidikan dapat mendukung
pelaksanaan pendidikan yang efektif dan efisien. Kelebihan dana dalam pendidikan lebih
mengakibatkan tindak kriminal korupsi dikalangan pejabat pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang lebih terorganisir dengan baik juga dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendidikan. Pelaksanaan kegiatan
pendidikan seperti ini akan lebih bermanfaat dalam usaha penghematan waktu dan
tenaga.
B.
Faktor Pendukung Masalah Pendidikan
Masalah pokok pendidikan akan terjadi di
dalam dalam bidang pendidikan itu sendiri. Jika di analisis lebih jauh, maka
sesungguhnya permasalahan pendidikan berkaitan dengan beberapa faktor yang
menyebabkan terjadinya masalah itu. Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan
permasalahan pokok pendidikan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
IPTEK
2.
Laju Pertumbuhan Penduduk
3.
Permasalah Pembelajaran
1. IPTEK
Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini berdampak pada pendidikan di Indonesia .
Ketidaksiapan bangsa menerima perubahan zaman membawa perubahan tehadap mental
dan keadaan negara ini. Bekembangnya ilmu pengetahuan telah membentuk teknologi
baru dalam segala bidang, baik bidang social, ekonomi, hokum, pertanian dan
lain sebagainya.
Sebagai
negara berkembang Indonesia
dihadapkan kepada tantangan dunia global. Dimana segala sesuatu dapat saja
berjalan dengan bebas. Keadaan seperti ini akan sangat mempengaruhi keadaan
pendidikan di Indonesia. Penemuan teknologi baru di dalam dunia pendidikan,
menuntut Indonesia
melakukan reformasi dalam bidang pendidikan. Pelaksanaan reformasi tidaklah
mudah, hal ini sangat menuntut kesiapan SDM Indonesia untuk menjalankannya.
2. Laju
Pertumbuhan Penduduk
Laju
pertumbuhan yang sangat pesat akan berpengaruh tehadap masalah pemerataan serta
mutu dan relevansi pendidikan. Pertumbuhan penduduk ini akan berdampak pada
jumlah peserta didik. Semakin besar jumlah pertumbuhan penduduk, maka semakin
banyak dibutuhkan sekolah-sekolah unutk menampungnya. Jika daya tampung suatu
sekolah tidak memadai, maka akan banyak peserta didik yang terlantar atau tidak
bersekolah. Hal ini akan menimbulkan masalah pemerataan pendidikan.
Tetapi
apabila jumlah dan daya tampung suatu sekolah dipaksakan, maka akan terjadi
ketidakseimbangan antara tenaga pengajar dengan peserta didik. Jika keadaan ini
dipertahankan, maka mutu dan relevansi pebdidikan tidak akan dapat dicapai
dengan baik.
Sebagai
negara yang berbentuk kepulauan, Indonesia dihadapkan kepada masalah
penyebaran penduduk yang tidak merata. Tidak heran jika perencanaan, sarana dan
prasarana pendidikan di suatu daerah terpencil tidak terkoordinir dengan baik.
Hal ini diakibatkan karena lemahnya kontrol pemerintah pusat terhadap daerah
tersebut. Keadaan seperti ini adalah masalah lainnya dalam bidang pendidikan.
Keterkaitan
antar masalah ini akan berdampak kepada keadaan pendidikan Indonesia .
3. Permasalahan Pembelajaran
Pelaksanaan
kegiatan belajar adalah sesuatu yang sangat penting dalam dunia pendidikan.
Dalam kegiatan belajar formal ada dua subjek yang berinteraksi, Yaitu
pengajar/pendidik (guru/dosen) dan peserta didik ( murid/siswa, dan mahasiswa).
Pada
saat sekarang ini, kegiatan pembelajaran yang dilakukan cenderung pasif, dimana
seorang pendidik selalu menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Hal
ini akan menimbulkan kejengahan terhadap peserta didik. Sehingga pembelajaran
yang dilakukan menjadi tidak menarik dan cenderung membosankan. Kegiatan
belajar yang terpusat seperti ini merupakan masalah yang serius dalam dunia
pendidikan.
Guru
/ dosen yang berpandangan kuno selalu menganggap bahwa tugasnya hanyalah
menyampaikan materi, sedangakan tugas siswa/mahasiswa adalah mengerti dengan
apa yang disampaikannya. Bila peserta didik tidak mengerti, maka itu adalah
urusan mereka. Tindakan seperti ini merupakan suatu paradigma kuno yang tidak
perlu dipertahankan.
Dalam
hal penilaian, Pendidik menempatkan dirinya sebagai penguasa nilai. Pendidik
bisa saja menjatuhkan, menaikan, mengurangi dan mempermainkan nilai perolehan
murni seorang peserta didik. Pada satu kasus di pendidikan tinggi, dimana
seorang dosen dapat saja memberikan nilai yang diinginkannya kepada mahasiswa
tertentu, tanpa mengindahkan kemampuan atau skill yang dimiliki oleh mahasiswa
tersebut. Proses penilaian seperti sungguh sangat tidak relevan.
C.
Penanggulangan Masalah Pendidikan
Penanggulangan
masalah pembelajaran ini lebih diarahkan kepada pokok permasalahan pendidikan
di atas.
1. Gaya
Belajar
Untuk
menanggulangi masalah pembelajaran ini, diperlukan pelaksanaan kegiatan belajar
baru yang lebih menarik. Gaya
belajar dapat dilakukan dalam 3 bentuk, dan dilaksanakan pada saat yang
bersamaan. Yaitu belajar secara Somatis, Auditori dan Visual.
- Somatis
Somatic bersal dari bahasa Yunani, yang
berarti tubuh. Jadi belajar somatis dapat disebut sebagai balajar dengan
menggunakan indra peraba, kinestetis, praktis, dan melibatkan fisik serta
menggunakan dan menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Dalam pelaksanaan kegiatan
belajar pada saat ini otak merupkan organ tubuh yang paling dominan.
Pembelajaran yang dilakukan seperti merupakan kegiatan yang sangat keliru.
Anak-anak yang bersifat somatis tidak akan mampu
untuk duduk tenang. Mereka harus menggerakkan tubuh mereka untuk membuat otak
dan pikiran mereka tetap hidup. Anak-anak seperti ini disebut sebagai
“Hiperaktif“. Pada sejumlah anak, sifat hiperaktif itu normal dan sehat. Namun
yang dijumpai pada anak-anak hiperaktif adalah penderitaan, dimana sekolah mereka
tidak mampu dan tidak tahu cara memperlakukan mereka. Aktivitas anak-anak yang
hiperaktif cenderung dianggap mengganggu, tidak mampu belajar dan mengancam
ketertiban proses pembelajaran.
Dalam satu penelitian disebutkan bahwa
“jika tubuhmu tidak bergerak, maka otakmu tidak beranjak“. Jadi menghalangi
gaya belajar anak somatis dengan menggunakan tubuh sama halnya dengan
menghalangi fungsi pikiran sepenuhnya. Mungkin dalam beberapa kasus, sistem
pendidikan dapat membuat cacat belajar anak, dan bukan menggangu jalannya
pembelajaran.
- Auditori
Pikiran auditori lebih kuat dari yang kita
sadari. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, dan
bahkan tanpa kita sadari. Begitu juga ketika kita berbicara, area penting dalam
otak kita akan menjadi aktif.
Semua pembelajaran yang memiliki
kecenderungan auditori, belajar dengan menggunakan suara dari dialog, membaca
dan menceritakan kepada orang lain. Pada saat sekarang ini, budaya auditori
lambat laun mulai menghilang. Seperti adanya peringatan jangan berisik di
perpustakaan telah menekan proses belajar secara auditori.
- Visual
Ketajaman visual merupakan hal yang sangat
menonjol bagi sebagian peserta didik. Alasaannya adalah bahwa dalam otak
seseorang lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada
semua indra yang lain.
Setiap orang yang cenderung menggunakan
gaya belajar visual akan lebih mudah belajar jika mereka melihat apa yang
dibicarakan olah guru atau dosen. Peserta didik yang belajar secara visual akan
menjadi lebih baik jiak dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta
gagasan, ikon, gambar, dan gambaran mengenai suatu konsep pembahasan.
Peserta didik yang belajar secara visual ini,
akan lebih baik jika mereka menciptakan peta gagasan, diagram, ikon dan gambar
lainnya dengan kreasi mereka sendiri.
2.
Gaya Mengajar
Pelaksanaan pembelajaran
sangat ditunjang oleh keahlian pendidik dalam mengatur suasana kelasnya.
Seringkali dalam proses penyampaian materi, pendidik langsung mengajar apa
adanya. Ada pendidik yang tidak mau memikirkan cara menyampaikan materi
pelajaran yang akan dibahasnya. Menyampaikan materi bukan hanya sekedar
berbicara di depan kelas saja, tetapi suatu cara dan kemampuan untuk membawakan materi pelajaran
menjadi suatu bentuk presentasi yang menarik, menyenangkan, mudah dipahami dan
diingat oleh peserta didik. Dalam hal ini, komunikasi menjadi lebih penting. Dengan
komunikasi seseorang bisa mengerti dengan apa yang dibicarakan.
Komunikasi yang efektif tidak
berarti pasti dan harus dapat menjangkau 100%. Komunikasi yang efektif berarti
mengerti dengan tanggung jawab dalam proses menyampaikan pemikiran, penjelasan,
ide, pandangan dan informasi. Dalam komunikasi pembelajaran, sering dijumpai
permasalahan, yaitu masalah mengerti dan tidak mengerti. Jika peserta didik
tidak mengerti dengan apa yang disampaikan pendidik, maka tanggung jawab
seorang pendidiklah untuk membuat mereka menjadi lebih mengerti.
Jika dulu pendidik dipandang
sebagai sumber informasi utama, maka pada saat sekarang ini pandangan seperti itu
perlu disingkirkan. Sumber-sumber informasi pada abad ini telah menimbulkan
kelebihan informasi bagi setiap manusia di muka bumi ini. Informasi yang
tersedia jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan. Hal inilah yang menyebabkan
peninjauan kembali terhadap gaya belajar masa kini.
Oleh karena itu peran utama
seorang pendidik perlu diperbaharui. Peran pendidik seharusnya adalah sebagai fasilitator dan katalisator.
Peran guru sebagai fasilitator
adalah menfasilitasi proses pembelajaran yang berlangsung di kelas. Dalam hal
ini, peserta didik harus berperan aktif dan bertanggung jawab terhadap hasil
pembelajaran. Karena sebagai fasilitator, maka posisi peserta didik dan
pendidik adalah sama.
Sedangkan peran pendidik
sebagai katalisator adalah dimana pendidik membantu anak-anak didik dalam
menemukan kekuatan, talenta dan kelebihan mereka. Pendidik bergerak
sebagai pembimbing yang membantu, mangarahkan dan mengembangkan aspek
kepribadian, karakter emosi, serta aspek intelektual peserta didik. Pendidik
sebagai katalisator juga berarti mampu menumbuhkan dan mengembangkan rasa cinta
terhadap proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajran yang diinginkan dapat
terjadi secara optimal.
Gaya mengajar seperti ini akan
lebih bermanfaat dalam proses peningkatan mutu, kualitas, efektifitas dan
efisiensi pendidikan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari
makalah ini adalah sebagai berikut.
Dalam usaha pemerataan pendidikan,
diperlukan pengawasan yang serius oleh pemerintah. Pengawasan tidak
hanya dalam bidang anggaran pendidikan, tetapi juga dalam bidang mutu, sarana
dan prasarana pendidikan. Selain itu, perluasan kesempatan belajar pada jenjang
pendidikan tinggi merupakan kebijaksanaan yang penting dalam usaha pemerataan
pendidikan.
Pendidikan (dengan Bidang terkait) dalam
usaha pengendalian laju pertumbuhan penduduk sangat diperlukan. Pelaksaaan
program ini dapat ditingkatkan dengan mengakampanyekan program KB dengan
sebaik-baiknya hingga pelosok negeri ini.
Pelaksanaan program belajar dan mengajar
dengan inovasi baru perlu diterapkan. Hal ini dilakukan karena cara dan sistem
pengajaran lama tidak dapat diterapkan lagi.
Sistem pendidikan Indonesia dapat berjalan
dengan lancar jika kerja sama antara unsur-unsur pendidikan berlangsung secara
harmonis. Pengawasan yang dilakukan pemerintah dan pihak-pihak pendidikan
terhadap masalah anggaran pendidikan akan dapat menekan jumlah korupsi dana di
dalam dunia pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan akan dapat
terlaksana jika kemampuan dan profesionalisme pendidik dapat ditingkatkan.
B.
Saran
Adapun saran-saran dalam makalah permasalahan pendidikan ini adalah
sebagai berikut.
1.
Perlu dilakukan perubahan yang lebih mengarah pada
kurikulum berbasis kompetensi, serta lebih adaptif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan Dan teknologi, serta kebutuhan masyarakat pada saat ini.
2.
Perlunya ditingkatkan kualitas pendidik dalam usaha
Peningkatan mutu pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan meggunakan metoda
baru dalam pelaksanaan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Tirtaraharja,Umar. 1990. Laporan
Komisi Pembaruan Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdikbud.
Tirtaraharja , Umar. 1990. Pengkajian Subsektor Pendidikan. Ujung
Pandang : Jarlit Bappeda Tingkat I. Provinsi Sulsel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar